Cinta Menurut ajaran Agama
BAB
I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Pada pembahasan kali tema yang saya bahasa adalah cinta menurut ajaran agama
khususnya Indonesia disebut sebagai cerminan budaya yang terkenal banyak 5 agama yang berbeda dikarenakan mayoritas penduduknya menjunjung nilai kesopan santunan yang tinggi terhadap sesame agama , bukan itu saja agama lain khususnyabangsa selain Indonesia dapat terbuka dan ramah terhadap bangsa asing yang datang ke Indonesia sehingga hal itulah yang membuat bangsa lain betah untuk datang ke Indonesia bahkan betah untuk menetap sebagai WNI .
Pada pembahasan kali tema yang saya bahasa adalah cinta menurut ajaran agama
khususnya Indonesia disebut sebagai cerminan budaya yang terkenal banyak 5 agama yang berbeda dikarenakan mayoritas penduduknya menjunjung nilai kesopan santunan yang tinggi terhadap sesame agama , bukan itu saja agama lain khususnyabangsa selain Indonesia dapat terbuka dan ramah terhadap bangsa asing yang datang ke Indonesia sehingga hal itulah yang membuat bangsa lain betah untuk datang ke Indonesia bahkan betah untuk menetap sebagai WNI .
B. Tujuan
Ada yang berpendapat bahwa etika
cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Tetapi dalam
kenyataan hidup, manusia masih mendambakan teganya cinta dalam kehidupan ini.
Disatu pihak, cinta didengung-dengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian
dunia, tetapi dilain pihak, dalam praktek kehidupan, serta sebagai dasar hidup
jauh dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada
manusia. Tidak kurang seorang Nabi yang bernama Ibrahim yang mendapat kritik
tentang cinta. Suatu saat Ibrahim mendambakan seorang anak. Setelah ahir anak
yang dicintainya (Ismail), ternyata cinta Ibrahim kepada anaknnya dapat
menggeser cintanya kepada PenciptaNya sehingga Tuhan mencobanya dengan menyuruh
Ibrahim menyembelih anaknya. Perintah ini menimbulkan konflik dalam diri
Ibrahim, siapa yang harus dicintai, Tuhan atau anaknya.
BAB II
ISI
C . Pembahasan
C . Pembahasan
Sudah disebutkan beberapa faktor
mengapa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang identik akan ajaran agama untuk
mencintai namun pada bab pembahasan ini penulis akan membahas kembali secara
terperinci faktor-faktor tersebut.
Ø
Cinta
Diri
Al-quran telah mengungkapkan cinta
alamiah manusia terhadap dirinya sendiri, kecenderungan untuk menuntut segala
sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindari diri dari
segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya, mulai ucapan Nabi SAW.
Bahwa seandainya dia mengetahui hal-hal yang gaib, tentu dia akan memperbanyak
hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhan dirinya dari segala keburukan
Ø
Cinta
Kepada Sesama Manusia
Alla memerintahkan manusia agar
saling mencintai diantara sesamanya.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara, karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu dan kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S 49:10).
Dalam al-qur’an terdapat pujian bagi
kaum Anshar karena rasa cintanya kepada kaum Muhajirin. Orang-orang yang telah
menempati kota Madinah dan telah berian (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan
mereka tidak menaruh keinginan dalam hat mereka terhadap apa-apa yang diberikan
kepada mereka )orang Muhajirin); mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas
diri mereka sendiri sekalipun mereka sendiri dalam kesusahan.
Ø
Cinta
Seksual
Cinta erat kaitannya dengan dorongan
seksual. Hal ini dituliskan dalam al-qur’an :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jeismu sendiri supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya dan dijadikannya diantaramu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu
yang berfikir” (Q.S 30:21).
Ø
Cinta Kebapakan
Cinta ibu kepada anaknya, atau dorongan
keibuan, merupakan dorongan fisiologis. Artinya, terjadi perubahan-perubahan
fisiologis dan fisis yang terjadi pada diri si ibu sewaktu mengandung,
melahirkan, dan menyusui. Dorongan kebapakan tidak seperti dorongan keibuan,
tetapi dorongan psikis. Hal in tampak dalam cinta bapak kepada anaknya karena
ia merupakan sumber kesenangan dalam kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan
kebanggaan, dan merupakan faktor penting bagikelangsungan peran bapak dalam
kehidupan, dan tetap terkenangnya dia seteah meninggal dunia. Hal ini nampak
jelas pada cinta Nabi Yakub a.s kepada puteranya, Yusuf a.s, yang membangkitkan
cemburu adiknya dan dengki saudara-saudaranya yang lain.
Ø
Cinta Kepada Allah
Puncak cinta manusia yang paling
jernih, bening dan spiritual ialah cintanya kepada Allah swt dan kerinduan
kepada-Nya. Tidak hanya shalat, pujian, dan doanya, tetapi semua tindakan dan
tingkah lakunya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya.
Dalam firman Allah:
“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah kau, nsicaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (Q.S 3:31).
Cinta seorang mukmin kepada Allah
melebihi cintanya kepada segala sesuatu yang ada didalam kehidupan ini,
melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, anak-anaknya, isteri-isterimnya,
kedua orang tuanya, keluarganya, dan hartanya.
BAB III
PENUTUP
D
. Kesimpulan
Dalam pembahasan kali ini kita dapat ambil sebuah kesimpulan bahwa cinta menurut agama khususnya Indonesia telah mengukir citra baik dimata agama lain yang akan terus jika sifat ini terus dilakukan dan dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari dan yang paling penting adalah terus menjadikan sifat baik dan islamiah ini sebagai sifat yang mendarah daging dan menjadikan sifat baik ini warisan baik untuk generasi selanjutnya .
E . SARAN
Penulis
sangat mengaharapkan sifat baik yang diajarkan kepada leluhur kita akan terus
selamanya menjadi orang yang mencintai seseorang dan menghargai keramahannya , kesopan santunannya ,
keterbukannya dan kepeduliannya terhadap sesama sehingga begitu kita
menyebutkan bangsa Indonesia yang diingat hanyalah hal tersebut .
0 komentar:
Posting Komentar